Malu..aku..malu....
Pada semut merah...Yang berbaris di dinding..Menatapku curiga..Seakan penuh tanya ..Sedang apa disini....
Yaaa....itulah sebait lagu yang mewakili perasaanku kala itu. Pikiranku menerawang jauh mengingat 10 tahun yang lalu dikala aku masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas Negeri dikotaku. Waktu yang begitu panjang ,tapi tidak akan pernah terlupa dalam memori perjalanan hidupku.
Pagi itu tidak seperti biasanya, ibu membangunkanku untuk sholat subuh. Tapi hari ini aku merasa lelah sekali sehingga sampai-sampai ibu yang harus membangunkanku. Biasanya aku duluan cepat bangun, karena sudah menjadi kebiasaanku untuk sholat malam bermunajad kepada sang Khaliq Ilahi Pencipta Alam Semesta.
“Winny...bangun nak, sudah azan subuh," suara ibu lirih terdengar di telingaku. Sambil menggangguk pelan aku pun bergegas beranjak dari tempat tidurku. Dengan lembut ibu menatapku penuh tanda tanya. Perasaanku mengatakan, pasti ibu cemas aku kenapa.. kenapa.
Yaaa...ibu memang seorang wanita yang amat sangat memperhatikan anak-anaknya. “Winny, ...hari ini kamu ada ulangan nak...,”tanya ibu sambil menamaniku sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. “Yaa bu..Pak Hardy..tiba-tiba kemaren memberitahu kalau hari ini ada ulangan Matematika. Mana Winny belum begitu paham sekali materi ini...bu,” jawabku sambil meneruskan sarapan pagiku. Nasi goreng buatan ibu yang terkenal lezat ini betul-betul aku nikmati.
Tiba-tiba ibu beranjak berdiri, sambil mengelus lembut kepalaku, ibu berkata,” Winny, jangan lupa berdoa ya sebelum mengerjakan ulangannya nanti, inshaaallah..Allah akan menuntunmu..nak, Ibu yakin kamu pasti bisa..Ibu akan selalu berdoa untuk anak ibu yang manis ini.
Sambil kucium
punggung tangan ibu,” bu...terimakasih selalu doain Winny, Winny
pamit mau berangkat ke sekolah. Ibu tersenyum, sambil mengantarkanku ke depan
sampai tak terlihat lagi aku sudah membawa laju sepeda motorku. Satu-satunya
peninggalan Ayah yang hari-hari selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi.
“Assalamu’alaikum....bu Winny.Tiba-tiba terdengar suara Pak Parto, yang mengejutkanku sambil membawa beberapa berkas yang harus aku tanda tangani. Dengan menghela napas panjang, aku merasakan ada sesuatu yang hilang dan begitu rindu dengan sosok Indah, sahabatku sejak SD sampai SMA."Dimana..dia sekarang ya..bagaimana keadaannya sekarang ya...,”pikiranku menerawang jauh mengingat kejadiaan yang membawa pikiranku mengenang 10 tahun yang silam.
”Maaf..Bu Winny, apa hari ini mau pesan lagi untuk makan siang, 15 menit lagi sudah waktu istirahat..,” lagi-lagi Pak Parto membuyarkan lamunanku.” Boleh Pak.., hari ini saya pingin makan Nasi Padang,”Jawabku sambil kusodorkan uang lima puluh ribuan kepada Pak Parto.” Satu bungkus..lagi untuk Pak Parto,” Pintaku.”Maaf..bu,saya sudah bawa bekal, terima kasih banyak lain waktu saja bu,” jawabnya dengan santun sambil beranjak pergi.
“Win...lumayan
juga ya..soal Pak Hardy tadi, sebetulnya tadi aku mau minta jawabanmu..tapi
mata Pak Hardy hampir ada di penjuru kelas, ngeri juga lihatnya,”sungut Indah
sedikit kesal dan cemberut. “Oh..ya tadi kamu ada yang nanyain loh, tu Si
Syam sepertinya ada yang mau diomongin deh sama kamu,kubilang kalau kamu lagi di
kelas mengerjakan tugas Bu Ratna yang mau dikumpul,” sahut Indah.
Hati-hati...loh Win, sepertinya dia suka deh sama kamu,”celoteh
Indah.”Ah...kamu ada-ada saja,”jawabku singkat.
Yaa....baru
kuingat , Si Syam..nama panjangnya Syamsudiansyah. Anaknya baik, kalau gak salah dia
kelas 3 IPA1. Kami memang tidak satu kelas. Tapi karena kami sama-sama suka pada bidang Sains, jadi sering jumpa ketika
ada kegiatan lomba-lomba Sains Tingkat SMA. Lagi-lagi pikiranku menerawang
mengingat Indah..Syam...oh, dimana mereka sekarang ya...ingin sekali jumpa, tapi
tidak tahu cari kemana. Lagi-lagi perasaan rindu..rasa kangen hadir di relung hatiku
yang paling dalam. Ya..Allah mudah-mudahan Engkau pertemukan aku dengan
sahabat-sahabatku ini,” gumamku lirih serasa berdoa.
Hari ini tidak begitu banyak relasi yang ingin jumpa denganku. Sehingga aku bisa menyelesaikan tugas-tugas kantor yang tertunda, termasuk menyelesaikan beberapa berkas lagi yang akan aku bawa pada saaat pertemuan dengan relasi baru perusahaan kami hari Senin depan. “Uufff...tinggal 3 hari lagi rupanya, berarti hari ini harus ekstra lembur nanti malam di rumah..,” gumamku sambil mataku terus menatap layar laptop dan jari-jariku bermain diatas keybord.
Tiba-tiba
telephon genggamku bunyi.”Winny, bisa keruang Bapak sebentar,” pinta Pak
Harris, bos tempat aku bekerja. Dengan tenang dan sambil mendengarkan apa yang
disampaikan Pak Harris dan sekali-kali aku catat tidak sampai 30 menit aku
sudah keluar lagi dari ruangan Pak Harris.
Masih terngiang-ngiang dengan jelas di telingaku,apa yang dikatakan Pak Harris,” Winny..hari Senin depan kita akan jumpa dengan Pak In, ada berkas tambahan yang harus kamu selesaikan untuk ikatan kontrak dengan perusahaan kita. Pak In orangnya cukup profesional dan hebat jadi saya berharap kita bisa menjadi rekanan bisnis dengan beliau.” Ya..Pak In namanya seperti yang dibilang Pak Harris, orangnya profesional, komitmen, disiplin waktu dan hebat.
“Winny...ada kegiatan Olympiade Fisika tanggal 15 besok kamu ikut kan,”suara Si syam mengusikku ketika kami berjumpa di perpustakaan siang ini. Dia persis duduk di depanku sambil serius menunggu jawabanku. Serasa tersenyum aku mengganggu pelan sambil terus melanjutkan buku bacaanku.Entah dimana Indah...aku cari-cari.” Heran deh..ni anak kemana sich,” gumamku lirih berharap jangan didengar si Syam yang juga sedang asyik dengan buku bacaannya.
Sempat kulirik Si Syam, benar seperti yang di bilang Indah. Si Syam orangnya keren dan menarik. Tapi entah kenapa ya, saya merasakan hal yang biasa saja, meskipun Indah bilang kalau Si Syam ini sepertinya ada hati terhadapku.
”Iihh ..malu ah, Winny ni kepedean kali deh..siapa tahu Si Syam hanya ingin berteman saja tanpa ada unsur lain.” Eengg...syam, kamu setelah siap SMA mau melanjutkan ke mana,”tanyaku dengan hati-hati sambil membuka pembicaraan karena sudah hampir 30 menit asyik sendiri dengan buku bacaan masing-masing. Mendengar pertanyaanku, Si Syam menatapku tanpa kedip sambil berkata,”Winny..aku belum tahu, kamu sendiri,” Si Syam balik bertanya. Dan akupun hanya menggelengkan kepala sambil berkata ,” Belum terpikir juga, yang jelas inshaallah aku akan ikut test di perguruan tinggi..tp belum tahu mau pilih jurusan apa.”
“Kak Winny...sudah siap ni makan malamnya, ibu sudah nunggu di meja makan tu..,” kata Dita adikku. Lagi-lagi buyar semua lamunanku, memikirkan Indah dan Si Syam. Memang sudah 2 hari ini , aku jadi sering mengingat mereka. Pikiranku terbawa ke masa lalu, masa SMA, detik-detik di penghujung masa study kami, karena kami memang sudah duduk di kelas 3. Buatku ini adalah hal lumrah. Yang kuingat kala itu memang kami masing-masing sibuk sendiri untuk persiapan tes Perguruan Tinggi.
Yang kuingat Indah pindah ke kota lain selepas acara perpisahan kami dan Si Syam dapat beasiswa melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Negeri yang cukup bonafit. Untuk pastinya aku sendiri tidak tahu, dimana dia kuliah. Sejak itu kami memang benar-benar terpisah untuk melanjutkan studi kami masing-masing. Hanya aku yang masih bertahan di kota tempat kelahiranku setelah selesai lulus meraih gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi.
Memang aneh, itulah kehidupan aku suka sains, tapi di
akhir studiku malah aku diterima di jurusan sosial disalah satu Perguruna
Tinggi ternama di Kotaku. Dan saat ini aku sedang melanjutkan study S2 untuk
menambah wawasan ilmuku di salah satu Perguruan Tinggia ternama di kotaku juga. Alhamdullilah aku bisa melanjutkan study S2 dengan mendapatkan beasiswa
tanpa membebani keluargaku. Bekerja sambil kuliah, ya itulah aktivitasku saat
ini. Seolah tidak ada waktu luang untuk bersantai. Semuanay kuisi dengan segala aktivitasku.
Jam berdentang menunjukkan pukul 09.00Wib. Sudah hampir 30 menit kami sampai di perusahaan Citra Buana Angkasa. Lumayan besar perusahaannya dan tatanan perusahaannyapun juga nyaman dan asri, sehingga kami tidak begitu terasa capai menunggu. Yaa..maklum Pak In cukup banyak relasinya, sehingga kami harus bersabar.” Yok Winny.. kita masuk, sudah dipersilahkan sama sekretaris pak In..,” kata Pak harris membuyarkan lamunanku. Sebuah ruangan yang tidak kalah nyaman dengan yang ada di ruang tunggu di luar tadi, bersih, rapi dan asri. Kami duduk di kursi sofa yang ada di rungan sambil menunggu Pak In.
Tidak kurang dari 1 jam pertemuan diantara kami selesai. Ada sesuatu yang berkecamuk dalam pikiranku sejak aku dan Pak Harris meninggalkan kantor pak In. Tapi, entah apa itu, aku sendiri bingung mengartikannya semua. Dilihat dari perjumpaan antara Pak Harris dan Pak In, terkesan mereka sangat akrab dan bersahabat, meskipun kalau dilihat dari sisi umur Pak In lebih pantas sebagai anak Pak Harris. Masih muda dan berkarir sangat cemerlang itu komentar Pak Harris. Aku sendiri banyak diam meskipun suasana pertemuan itu tidaklah terkesan kaku bahkan jauh terlihat begitu akrab dan familiar. Kesan pertama yang kutangkap, seperti yang Pak Harris bilang..muda..energik..karir cemerlang..santun baik dalam tutur kata maupun tindakan.
“Winny...hai..kog
melamun sih ,” cukup keras suara Bu Ratna di telingaku serasa menempuk pundakku
yang membuatku terkejut.”Ya..ampun sudah jam lima lewat 15 menit rupannya. ” Oh..maaf bu Ratna, saya tidak sadar, sudah sepi ya buk ya..kantor,” tanyaku
tersipu malu. Bu Ratna ini pegawai senior yang sangat perhatian sekali sama
aku.Sudah mengganggapku seperti anak sendiri.” Winny..Winny..kasihan tuu Pak
Kasim dari tadi mau tutup pintu kantor gak jadi -jadi karena dilihatnya kamu
masih di ruangan, dipikirnya kamu lembur hari ini...,” kata Bu Ratna.
“Aduh..kasihan Pak Kasim...ayolah buk..kita pulang,” ajakku sambil mengapit
lengan Bu Ratna dengan manja.
Jaam berdentang dikamarku menunjukkan pukul 23.00 wib..entah kenapa mata ini susah sekali dipejamkan. Kembali pikiranku menerawang, sosok wajah Indah dan Syam..kembali bergantian hadir di pelupuk mataku. Yaa..Allah, dulu begitu dekatnya persahabatan kami, ada suka, duka, marahan, ngambek, malu, semuanya. Kami jalan bersama, ngobrol, dan berdiskusi dan masih banyak lagi. Aku begitu rindu sama mereka, ingin cerita banyak, berbagi seperti dulu. Semuanya serasa hilang ditelan bumi.Kabar terakhir tentang merekapun aku belum tahu. Tidak ada kontak yang bisa aku hubungi.
“Win...kalau nanti kamu sudah sukses, jangan lupakan aku ya dan satu lagi tetaplah istiqomah dengan busana yang kamu pakai sekarang. Yang mencerminkan seorang muslimah yang anggun, manis dan berbudi, aku suka melihanya,” kata-kata Syam waktu itu terngiang-ngiang jelas di telingaku.
Dengan senyumannya yang khas
akupun balas dengan senyuman dan anggukan kepala sambil
kukatakan,”Inshaallah..mudah-mudahan kita semua..sahabat-sahabatku yang
baik-baik ini akan jadi orang sukses semuannya.” Yaa..itulah pertemuan terakhir
ketika kami sama-sama jumpa di sekolah mau
mengambil ijazah kami."Senyuman itu...sepertinya aku kenal dan tidak
asing. Tiba-tiba aku teringat Pak In. Ya..senyuman Pak In sama persis dengan
senyuman si Syam. Tapi mana mungkin, di dunia ini yang sama kan
banyak, jangankan hanya sebuah senyuman, wajah saja banyak yang sama persis
meskipun tidak kembar.
“Pagi..Bu
Winny, maaf bu tadi ada titipan surat dan sekuntum bunga, ada yang mengirimnya sudah saya letakkan di atas meja ibu..,”kata Pak Kasim dipintu masuk tadi.”Oh
iya..terima kasih ya pak..”jawabku.Surat, bunga, tumben dari siapa ya..tidak
pernah aku dapat kiriman. Mataku menatap sepucuk surat dan bunga diatas meja kerjaku.
Cantik sekali bunganya senang aku melihatnya.”Winny Diasty..selamat
pagi, selamat menjalankan aktivitas hari ini semoga sehat selalu. Begitu bunyi isi suratnya..
tanpa nama pengirim atau identitas lainnya.
Hari ini banyak yang aku kerjakan sampai-sampai aku lupa akan surat dan bunga yang aku terima pagi tadi. Tiba-tiba bunyi dering ponselku, dan kudengar suara seorang perempuan,” Selamat pagi Bu Winny..perkenalkan saya Saritadewi, ada amanah dari Pak Harris yang harus saya sampaikan ini berkenaan dengan proyek kerjasama dengan perusahaan kami PT.Bahari Jaya.
Kalau boleh saya tawarkan hari ini kita jumpaan saja sambil makan siang di Restoran Citra depan hotel Rinjani, bisa bu..?” Tanpa basa-basi akupun mengiyakan apalagi ini adalah amanah dari Pak Harris bosku. Jam 12.00 wib tepat aku sudah membawa mobilku ke arah Restoran Citra samping Hotel Rinjani. Baru dua langkah masuk ke dalam restoran, tiba-tiba seorang wanita mendatangiku sambil mengulurkan tangan kanannya. Seorang wanita dengan berpenampilan yang elegan dan cantik.
” Apa kabar Bu Winny Diasty,” sapa wanita itu serasa tersenyum dan berjabat tangan. Dengan terbata-bata serasa membalas senyuman dan jabatan tangannya aku berkata,” dengan Bu Saritadewi?”. Iya saya Indah Hapsari Saritadewi..., apa kabar Win..sudah lama kita tidak berjumpa ya, sudah hampir 10 tahun lebih bagaimana keadaanmu sekarang ? ”.
Mendengar ucapannya tak terasa keluar air mataku sambil kupeluk erat tubuhnya,” aku baik Indah..ini kamu rupanya aku tidak pernah tahu nama panjangmu, bagaimana keadaanmu, kamu berhasil dan cantik.” Win..kamu juga berhasil..dan cantik..dan aku senang kamu tidak pernah menanggalkan pakaianmu, tetap sosok wanita muslimah yang berpenampilan modis meskipun dengan balutan hijab.”
Tak terasa kami lama berpelukan begitu erat, melepas rindu, melepas kangen,”Yaa
Rob..alhamdullillah engkau pertemukan aku kembali dengan sahabatku dengan
caraMu..engkau kabulkan doa-doaku selama ini,”bisik hatiku serasa berderai air
mataku, air mata kebahagiaan kami berdua. Tetapi dibalik semua kejadian hari
ini, tanpa kami sadari, ternyata ada sepasang bola mata yang sudah lama memperhatikan
kami sejak dari tadi. Yaa,Kerinduan yang kunantikan, sekarang sudah terjawabkan.
Selesai

Tidak ada komentar:
Posting Komentar